Pages

Jumat, 27 Juni 2014

Perempuan dan Politik

Oleh: Nurul Hikmah*

Perempuan menjadi pemimpin ? Perempuan menjadi presiden ? Perempuan duduk di kursi tertinggi ? Wawwww . . . . isue yg sudah tidak baru lagi, tetapi masih tetap menarik di perbincangkan. Ada yg salahkah ? agama atau negara melarangkah ? tidak ada dalil Qur’an atau Undang-Undang yg melarang perempuan untuk berdikari di semua sektor.. sah-sah saja semuanya. Hanya saja kita yg sudah terlanjur tenggelam dalam budaya patriarki, budaya yg sllu lebih mengedepankan laki-laki dan mengesampingkan perempuan. Dan di samping itu perempuan sendiri juga terkadang tidak mau menunjukan eksistensinya, seakan semakin menguatkan budaya tersebut. Padahal justru kesempatan mereka sebetulnya lebih luas ketimbang laki-laki, kenapa bisa begitu?? Iya jelas saja, bisa kita lihat di jajaran birokrasi di daerah kita, di jajaran politik, atau sebagainya.. Ada berapa perempuan yg duduk di birokrasi, ada berapa perempuan yg duduk di kursi politik? Hanya ada beberapa diantara banyaknya laki-laki. Salah satunya sprti yg kita tau bahwa undang-undang memberikan kuota 30% perempuan duduk di politik, tapi sudahkah kuota itu terisi penuh? Jelas belum... di Kabupaten Demak sendiri jumlah kursi anggota Dewan perempuan baru terisi 17%, dari total 15 hanya terisi 8 orang. Sungguh hal yg sudah biasa di Indonesia.. dan parahnya lagi dari 8 anggota Dewan perempuan hanya ada satu atau dua orang yg berkapasitas mumpuni, artinya beberapa diantar mereka berkemampuan standar dan bisa di katakan tidak layak menduduki kursi wakil Rakyat. Lalu kenapa mereka bisa menduduki kursi wakil rakyat jika tidak mumpuni? Bisa saja.. hal itu tidak susah mereka dapat melalui pemenangan pemilu dg cara “Money Politik” atau yg sering kita sebut dg politik uang. Masyarakat awanlah yg menjadi sasaran empuk mreka,karna masyarakat tidak tau latarbelakang pendidikan mreka, hnya di beri uang sepuluh ribu mreka memilih, memilih yg tdk berkapasitas sungguh ironi sekali. Banyak sekali diantara mereka yg hanya menjadi pelengkap di kursi Dewan, ketika ada sidang paripurna katakanlah mereka hanya duduk diam melihat orang yg berbicara tdk ikut bersuara menyuarakan kata rakyat,pdhl posisi mreka disana adalah sbg wakil rakyat yg mewakili dapil masing2.. bahkan mungkin mreka jg kadang tidak faham tentang apa dg sdng di bicarakan di sidang tersebut. Sungguh pemandangan yg tdk enak di pandang.. hal sprti itu menggambarkan kualitas kader kader perempuan di partai politik masih sangat rendah. Sebetulnya pemerintah sudah membuka lebar2 ruang untk perempuan dalam sektor politik dg memberikan kuota 30% untuk perempuan namun kursi itu belum juga terpenuhi, bahkan ironinya bagian dr mereka tdk berkapasitas mumpuni, apakah kita diam saja melihat para pemimpin2 kita seperti itu ? jika tidak apa yg akan bisa kita lakukan ? sebagai seorang akademisi, aktivis mahasiswa menurut saya hal yg harus kita lakukan adalah meningkatkan intelektual, kapasitas diri, sepandai mungkin, sehingga kita bisa menunjukan pada Indonesia bahkan dunia bahwa perempuan ada bukan hanya sebagai pelengkap tapi juga bisa sejajar kemampuannya dg laki2 dan dg begitu sedikit demi sedikit budaya patriarki akan terhapuskan. Lantas bukan berarti ingin menandingi laki2 di bidang apapun, melainkan ingin membuktikan pada dunia bahwa perempuan juga bisa berdaya saing seperti laki2. Entah pada akhirnya akan terus melanjutkan karier sebagai politikus,pengusaha,wirausaha atau hanya menjadi ibu rumah tangga sekalipun perempuan di tuntut untuk cerdas, karna seorang ibu yg cerdas akan melahirkan dan mendidik anak bangsa yg cerdas pula. Sebagaimana sejarah di Jepang ketika kota Hirosiema & Nagasaki di Bom Atom oleh sekutu, semua ilmuan,dosen,guru disana mati terbunuh, yg tersisa hanya beberapa orang dan ketika itu solusi yg diambil oleh Kaisar jepang adalah dia berpesan kepada Ibu-ibu dan para perempuan disana agar mendidik putra putri mereka secara baik, lalu hasilnya.. 20tahun yg akan datang Jepang kembali bangkit dan menduduki merebut kembali samboyan “Jepang Macan ASIA” sungguh luar biasa peran perempuan di sektor apapun ... 

*Penulis adalah Sekretaris Korp PMII Putri Jateng

0 komentar:

Posting Komentar