Oleh: Nurul Hikmah*
Perempuan
menjadi pemimpin ?
Perempuan menjadi presiden ?
Perempuan duduk di kursi tertinggi ?
Wawwww . . . . isue yg sudah tidak baru lagi, tetapi masih tetap
menarik di perbincangkan.
Ada yg salahkah ? agama atau negara melarangkah ? tidak ada dalil Qur’an
atau Undang-Undang yg melarang perempuan untuk berdikari di semua
sektor.. sah-sah saja semuanya. Hanya saja kita yg sudah terlanjur
tenggelam dalam budaya patriarki, budaya yg sllu lebih mengedepankan
laki-laki dan mengesampingkan perempuan. Dan di samping itu perempuan
sendiri juga terkadang tidak mau menunjukan eksistensinya, seakan
semakin menguatkan budaya tersebut. Padahal justru kesempatan mereka
sebetulnya lebih luas ketimbang laki-laki, kenapa bisa begitu?? Iya
jelas saja, bisa kita lihat di jajaran birokrasi di daerah kita, di
jajaran politik, atau sebagainya..
Ada berapa perempuan yg duduk di birokrasi, ada berapa perempuan yg
duduk di kursi politik? Hanya ada beberapa diantara banyaknya laki-laki.
Salah satunya sprti yg kita tau bahwa undang-undang memberikan kuota
30% perempuan duduk di politik, tapi sudahkah kuota itu terisi penuh?
Jelas belum... di Kabupaten Demak sendiri jumlah kursi anggota Dewan
perempuan baru terisi 17%, dari total 15 hanya terisi 8 orang. Sungguh
hal yg sudah biasa di Indonesia.. dan parahnya lagi dari 8 anggota Dewan
perempuan hanya ada satu atau dua orang yg berkapasitas mumpuni,
artinya beberapa diantar mereka berkemampuan standar dan bisa di katakan
tidak layak menduduki kursi wakil Rakyat. Lalu kenapa mereka bisa
menduduki kursi wakil rakyat jika tidak mumpuni? Bisa saja.. hal itu
tidak susah mereka dapat melalui pemenangan pemilu dg cara “Money
Politik” atau yg sering kita sebut dg politik uang. Masyarakat awanlah
yg menjadi sasaran empuk mreka,karna masyarakat tidak tau latarbelakang
pendidikan mreka, hnya di beri uang sepuluh ribu mreka memilih, memilih
yg tdk berkapasitas sungguh ironi sekali. Banyak sekali diantara mereka
yg hanya menjadi pelengkap di kursi Dewan, ketika ada sidang paripurna
katakanlah mereka hanya duduk diam melihat orang yg berbicara tdk ikut
bersuara menyuarakan kata rakyat,pdhl posisi mreka disana adalah sbg
wakil rakyat yg mewakili dapil masing2.. bahkan mungkin mreka jg kadang
tidak faham tentang apa dg sdng di bicarakan di sidang tersebut. Sungguh
pemandangan yg tdk enak di pandang.. hal sprti itu menggambarkan
kualitas kader kader perempuan di partai politik masih sangat rendah.
Sebetulnya pemerintah sudah membuka lebar2 ruang untk perempuan dalam
sektor politik dg memberikan kuota 30% untuk perempuan namun kursi itu
belum juga terpenuhi, bahkan ironinya bagian dr mereka tdk berkapasitas
mumpuni, apakah kita diam saja melihat para pemimpin2 kita seperti itu ?
jika tidak apa yg akan bisa kita lakukan ? sebagai seorang akademisi,
aktivis mahasiswa menurut saya hal yg harus kita lakukan adalah
meningkatkan intelektual, kapasitas diri, sepandai mungkin, sehingga
kita bisa menunjukan pada Indonesia bahkan dunia bahwa perempuan ada
bukan hanya sebagai pelengkap tapi juga bisa sejajar kemampuannya dg
laki2 dan dg begitu sedikit demi sedikit budaya patriarki akan
terhapuskan. Lantas bukan berarti ingin menandingi laki2 di bidang
apapun, melainkan ingin membuktikan pada dunia bahwa perempuan juga bisa
berdaya saing seperti laki2.
Entah pada akhirnya akan terus melanjutkan karier sebagai
politikus,pengusaha,wirausaha atau hanya menjadi ibu rumah tangga
sekalipun perempuan di tuntut untuk cerdas, karna seorang ibu yg cerdas
akan melahirkan dan mendidik anak bangsa yg cerdas pula. Sebagaimana
sejarah di Jepang ketika kota Hirosiema & Nagasaki di Bom Atom oleh
sekutu, semua ilmuan,dosen,guru disana mati terbunuh, yg tersisa hanya
beberapa orang dan ketika itu solusi yg diambil oleh Kaisar jepang
adalah dia berpesan kepada Ibu-ibu dan para perempuan disana agar
mendidik putra putri mereka secara baik, lalu hasilnya.. 20tahun yg akan
datang Jepang kembali bangkit dan menduduki merebut kembali samboyan
“Jepang Macan ASIA” sungguh luar biasa peran perempuan di sektor apapun
...
*Penulis adalah Sekretaris Korp PMII Putri Jateng
0 komentar:
Posting Komentar