Pages

Kamis, 11 Juni 2015

Perempuan dalam Pergerakan

oleh: Rosita Wulandari
 
 Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya banyak hal yang selalu bisa menjadi alasan untuk diperdebatkan. Salah satunya adalah tentang peran perempuan. Secara kodrati, perempuan memang identik dengan perannya yang berada di balik layar atau di bawah peran para lelaki. Namun perlu kita pahami bahwa seks; yang secara kodrati dimiliki tiap manusia dan bersifat mutlak, berbeda dengan gender yang merupakan bentuk konstruksi sosial dari masyarakat sekitar. Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya membuat masyarakat cenderung diskriminatif dan pilih-pilih perlakuan akan akses, partisipasi, serta kontrol dalam hasil pembangunan laki-laki dan perempuan. Budaya yang mengakar di Indonesia kalau perempuan hanya melakukan sesuatu yang berkutik di dalam rumah membuat ini menjadi kebiasaan yang turun temurun dan sulit di hilangkan. Karena itulah muncul ideologi feminisme yang bertujuan untuk menyetarakan status laki-laki dan perempuan.
Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam segala hal. Salah satunya dalam hal perubahan sosial. Di era globalisasi ini, saya rasa sudah tidak jamannya lagi menimbang kemampuan seseorang berdasarkan seks. Belum tentu para lelaki bisa lebih baik dari para wanita, begitu juga sebaliknya. Mereka memiliki porsi hak dan kewajiban yang seharusnya sama. Perempuan sangat dibutuhkan kontribusinya di ruang publik agar kaumnya tidak lagi dipandang sebelah mata. Persepsi masyarakat tentang kaum perempuan tidak akan berubah tanpa adanya suatu gebrakan yang dilakukan oleh kaum perempuan. Mereka wajib membuktikan kemampuan dan memperlihatkan mereka demi tercapainya tujuan tersebut.
Lalu bagaimana suatu pergerakan mahasiswa; yang dalam hal ini adalah PMII, memandang perempuan? Menurut saya, dengan memutuskan untuk mengikuti  PMII dan berkecimpung di dalamnya, para perempuan telah menempuh langkah positif untuk membuktikan kemampuan kaumnya. Pergerakan tentunya sarat akan para akademisi yang tidak kolot dan kritis, bahkan kebanyakan terlalu kritis dalam menanggapi suatu permasalahan. Bergabungnya perempuan dalam PMII akan memperluas ruang lingkup mereka untuk bergerak di publik. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalamnya yang tidak terlalu mencolok bahkan relatif setara. Bukan hal aneh PMII dipimpin oleh seorang wanita meskipun sering dalam banyak kegiatan perempuan diberi tugas yang sangat feminin seperti MC, protokol, hingga konsumsi. Ya, tugas-tugas tersebut memang begitu identik dengan perempuan. Namun, bagi saya, tetap saja PMII sangat berkontribusi bagi para kader perempuannya dalam mengepakkan sayap serta memfasilitasi mereka suatu ruang untuk lebih leluasa terbang di ranah publik. Itulah sebabnya wajib bagi para kader perempuan PMII untuk memanfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya. Inilah saat yang tepat bagi kita, para perempuan, untuk meningkatkan peran kita agar setara dengan para lelaki.
Seperti yang telah dijelaskan dalam suatu hadits bahwa perempuan adalah tiang bangsa. Akan rusak suatu bangsa apabila rusak kaum perempuan di dalamnya. Tiang penyangga haruslah kokoh. Itulah sebabnya perempuan tidak boleh berdiam diri di rumah. Kaum perempuan dibutuhkan oleh suatu bangsa agar tidak roboh pondasi dari bangsa tersebut. Manusia, tak terkecuali kaum hawa, diciptakan sebagai khalifah di bumi. Hal ini telah dijelaskan secara gamblang di dalam kitab suci. Namun, perlu diingat bahwa memperjuangkan hak perempuan tidak sama dengan berasumsi bahwa perempuan harus berada satu jenjang lebih tinggi di atas kaum lelaki. Bagaimanapun, perempuan memang berada di bawah lelaki dan itu adalah ketentuan Tuhan. Memperjuangkan feminisme bertujuan untuk menyingkirkan anggapan-anggapan masyarakat yang selalu megaitkan perempuan dengan kelemahan, kerapuhan, dan kebodohan. Perjuangan RA Kartini harus dilanjutkan. Bukankah surga berada di bawah telapak kaki ibu yang tentunya perempuan? Hal tersebut membuktikan bahwa meskipun ditakdirkan berada di bawah laki-laki, perempuan tetap saja istimewa. Perempuan haruslah cerdas dan tangguh karena dari rahimnya lah kelak akan lahir para penerus dan pemimpin bangsa. Tak mungkin rasanya berharap para penerus bangsa kelak akan cerdas, tangguh dan berakhlak mulia apabila ibundanya hanya berdiam diri di kamar tanpa memberikan kontribusi yang berharga di ruang publik. Sekali lagi, perempuan selalu istimewa. Mari kita manfaatkan keistimewaan tersebut dengan sebaik-baiknya. Take all chances, finish all challenges and do our best! Salam Pergerakan! 

Biodata penulis: Rosita Wulandari/ Ds. Nglarang RT. 03/IX Gunungpati Semarang/ PC PMII Kota Semarang

0 komentar:

Posting Komentar